T E M A:
Menghayati
Kefanaan dengan Pengharapan Iman
LEKSIONARI:
Ayub 14 : 1 – 14; Mazmur 31 : 1 – 4, 15 – 16; 1
Petrus 4 : 1 – 8; Matius 27 : 57 – 66.
TUJUAN:
Umat
mampu menghayati kefanaan dirinya dalam perspektif pengharapan iman, sehingga dimampukan
menghadirkan keabadian kasih Allah dalam hidup sehari-hari.
Andaikata
aku hidup di masa Tuhan Yesus,
Akankah
aku menjadi pengikut-Nya yang setia?
Mengikut
kemanapun Dia berjalan dan bermalam,
mendengarkan
dan menyimak sabda-Nya.
Kata-kata-Nya
sejuk, menghidupkan harapan kembali,
tatap
mata-Nya lembut, melumerkan hati yang membesi.
Orang-orang
berkata, Ia merubah air menjadi anggur,
Yang
lain bercerita, Ia mencelikkan mata buta dengan liur.
Ikutkah
aku karena terpukau pada perbuatan-Nya yang ajaib,
ataukah
karena imanku kepada Dia yang akan melepaskanku dari dunia aib?
Ya Tuhan Yesus,
Jangan biarkan aku kering seperti air menguap
dari dalam telaga,
Jangan jadikan aku seperti sungai surut sampai
habis airnya,
hari demi hari, aku menunggu sampai masa pahitku reda.
………………………………………………………………………………………………
Andaikata
aku hidup di masa Tuhan Yesus,
Akankah
aku menjadi salah satu dari murid-Nya yang setia?
Mengikut
kemanapun Dia berjalan dan berada,
dengan
setia melayani-Nya, dengan sabar menerima orang mencerca.
Sabda
Bahagia-Nya mencairkan ego diri sehingga rela melayani,
hardikan-Nya:
“Hai iblis, enyahlah kau!” membukakan mata hati nurani.
Namun,
salahkah aku untuk tetap berfikir sebagai manusia biasa,
durjanakah
aku untuk mendamba Yesus sebagai Raja Dunia.
Mata
batinku buta sehingga tidak kulihat, di bukit, Yesus dalam kemuliaan,
telinga
nuraniku tuli untuk menyimak sabda-Nya sebagai nubuat pembebasan.
Ya
Guru,
Aku
berharap pada-Mu,
ya
TUHAN, Engkaulah Allahku,
Engkau
selalu memelihara aku.
………………………………………………………………………………………………
Aku
hidup 2000 tahun sesudah Yesus; Aku hidup di masa kini.
Sudahkah
aku menjadi pengikut sekaligus murid-Nya yang setia?
Aku
sudah diajar, belajar dan mencoba mengerti,
tentang
karya kasih Allah di dalam mencipta dan memelihara umat-Nya di bumi,
juga
murka Allah terhadap umat-Nya yang menjauh lari.
Aku
juga sudah diberitahu, mencari tahu dan berupaya mencerna,
sejauh
apapun aku lari menghindar, sesabar itu pula tangan kasih-Nya terbuka,
Aku
sudah diserahkan dan merelakan diri menyerah,
tak
kuingat percikan dingin air baptis pada wajah tengadah,
tapi
hingga kini kusadar, semua indra menggerakkan mulut mengikrar sumpah.
Aku
ternyata sering lupa, keras kepala dan memberontak,
tidak
seperti Yesus yang berpuasa dan membuat iblis terdepak,
aku
menjadi burung pemakan bangkai dengan sayap ponggah mengepak.
Aku
sudah sering disadarkan dan mencoba sadar, dalam kelu,
tidak
seperti pengikut dan murid-Nya dahulu,
kebangkitan
Yesus besok, aku tahu dan menunggu.
Ya
Tuhan Allah Pencipta,
Ya
Yesus Penebus dosa,
Segala sesuatu sudah
mendekati kesudahannya,
mampukan aku menguasai
diri dan waspada,
agar aku dapat
senantiasa berdoa.
Diamlah di hati,
sehingga aku sungguh
mampu mengasihi,
dan bersedia juga
untuk mengampuni.