MPP (Masa Pra Paskah) merupakan masa yang memberikan kesempatan kepada kita untuk melakukan
refleksi hidup untuk pembersihan dan pengubahan hati sehingga kita bisa hidup
seturut kehendak Allah.
Tidak ada “hukum,” selain “Hukum Kasih,” yang harus kita ikuti dan banyak
hal yang dapat kita lakukan sebagai persiapan pribadi.
Beberapa hal di bawah ini dapat menjadi pedoman kita melakukan refleksi
diri selama MPP.
Apakah Saya Sudah Siap,
Atau Sudah Melakukan?
- Berbagi dengan orang lain, apalagi dengan mereka yang memerlukan?
- Sifat sabar dan kasih kepada orang lain, terutama mereka yang menjengkelkan
dan menyakiti hati?
- Menyuarakan dan membantu orang-orang yang ditekan dan ditindas? (Atau diam
saja dan bahkan bersembunyi untuk keselamatan diri?)
- Berempati dan berjiwa pengampun seperti orang lain? (Atau justru menjadi
sumber kekecewaan bagi orang-orang lain?)
- Membuang
masalah/dendam pribadi yang senantiasa menghantui hingga saat ini?
Seperti yang telah dikenal berabad-abad yang silam hingga masa kini, ada
pokok-pokok petunjuk untuk melaksanakan MPP yang dikenal dengan “Tri Pilar,” yaitu:
1.
Berdoa,
2.
Berpuasa,
3.
Berderma.
BERDOA merupakan pernyataan atas kehadiran Allah di dalam hidup kita,
karena ini adalah satu hak istimewa yang telah diberikan-Nya kepada kita untuk
berkomunikasi dengan Allah. Ia merupakan
salah satu sarana kita untuk bersekutu dengan Allah dan membuat kita lebih
dekat kepada Allah dan mengerti kehendak-Nya.
Oleh karenanya, berdoa merupakan nafas hidup orang Kristen; tidak berdoa
sama dengan mati rohani.
Berdoa merupakan salah satu cara kita menyampaikan semua keluh kesah dan
keinginan serta ucapan syukur kepada Allah yang dapat memberikan kekuatan saat
kelemahan menimpa kita.
Sebuah Kesaksian Tentang
Berdoa.
Saya masih ingat pada saat
saya mula-mula mencoba untuk dapat berdoa setiap hari, paling tidak saat
menjelang tidur. Saya memang mengawalinya dengan niat yang sungguh; namun di
dalam proses berdoa, ingatan saya buyar dan pikiran saya pergi ke mana-mana
sampai akhirnya saya tertidur!
Pada kesempatan lainnya, saya
bisa menyelesaikan doa dengan penuh. Namun
hal itu saya rasakan seperti mengayuh sepeda tanpa rantai; doa-doa yang
saya panjatkan itu rasanya nggak nyambung dengan apa yang saya lakukan setiap
hari.
Saya tidak putus asa atas ketidakmampuan saya
berdoa. Saya banyak
membaca untuk mencari jawaban tentang perlunya, indahnya dan nilainya
berdoa. Saya sadar dan diyakinkan kemutlakan perlunya berdoa, tanpa melihat apakah doa orang lain lebih baik dari doa
saya; berdoa adalah saat saya berbicara dengan Allah.
Jadi, janganlah menunda untuk berdoa sampai kita merasa bahwa cara berdoa
kita lebih baik dari orang lain. Mulailah sekarang!
BERPUASA secara umum diartikan
sebagai tindakan tidak makan dan/atau minum. Beratkah bagi kita untuk berpuasa?
Tentu saja jawabannya akan bersifat relatif! Relatif, baik terhadap kebiasaan
maupun kebisaan (kemauan).
Biasakah atau bisakah kita berpuasa?
Baik, kita mulai dahulu dengan pertanyaan yang lebih ringan. Pernahkah kita
lapar dan haus? Pernahkah kita kelaparan dan kehausan? Sebagian besar dari
kita, atas dasar berbagai sebab dan alasan, mampu memberikan jawaban: “Ya,
pernah!.” Bagaimana rasanya lapar dan haus? Samakah itu dengan kelaparan dan
kehausan? Marilah kita bertanya kepada diri kita sendiri.
Inti persoalannya di sini adalah soal “empati,”
soal bagaimana kita melihat orang lain “mempunyai masalah” dan soal apakah kita
memiliki “kepekaan batin” untuk melihat dan mencoba membantu orang lain yang
mempunyai masalah itu.
Di sinilah, di MPP ini, kita diberi waktu khusus oleh Allah untuk berlatih
meningkatkan kepekaan indra batin kita, agar kita mampu melihat permasalahan di
dalam diri kita maupun diri orang lain. Tuhan yesus juga menjalani puasa,
bahkan empat puluh hari dan empat puluh malam, sebelum memulai tugas-Nya di
bumi untuk menjadi Juru Selamat kita. (Matius 4 : 2).
“alah bisa, karena biasa” adalah satu pepatah yang kita
hafal waktu kita belajar di sekolah dasar. Sesuatu hal terasa berat karena kita
tidak biasa melakukannya! Tahukah saudara istilah “puasa burung kepodang”? Itu
adalah latihan berpuasa bagi anak-anak; “pagi puasa, siangnya makan pakai
sambal bawang!.”
Mulailah dari yang ringan hingga
yang paling berat, sehingga kita bisa
mempraktikkan pepatah di atas. Menekan keinginan untuk menikmati makanan
favorit, tidak makan di restoran, puasa kudapan dan masih banyak hal lainnya
yang dapat kita lakukan.
Tidak kuat, tidak mampu, tidak mau berpuasa secara fisik (tidak makan dan tidak minum)? Kita bisa mencoba menjalani
“puasa alternatif,” antara lain sebagai tersebut di bawah ini:
- Pengendalian diri untuk tidak bertemperamen tinggi (sikap marah) dan tidak
membenci.
- Perendahan diri dan berupaya untuk tidak bersikap menghakimi orang lain.
- Pengendapan diri untuk melawan kekhawatiran.
- Menjauhkan diri dari mengomel dan berkeluh-kesah.
- Membuang rasa cemburu, iri hati dan dengki.
- Mencadangkan waktu khusus untuk secara rutin melakukan doa baik pribadi
maupun bersama dengan keluarga.
- Melakukan penghematan tertentu
dalam belanja.
Di dalam berpuasa, ada satu
prinsip yang harus kita ingat dan pegang bahwa puasa bukanlah sarana untuk
memperoleh “hadiah” dari
Allah, namun itu merupakan cara kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah
dengan mempraktikkan Hukum Kasih.
BERDERMA adalah memberikan
sesuatu atas dasar kemurahan hati. Tindakan ini adalah salah satu manifestasi
kesadaran pribadi kita atas cinta dan kasih Allah kepada kita.
Derma tidak harus berarti pemberian dalam bentuk uang atau sejenisnya.
Mendermakan diri kita sebagai persembahan
hidup untuk menjadi pelayan Allah di bumi adalah sesuatu yang menyenangkan
hati Allah (Roma 12:1).
Derma dalam bentuk lain? Marilah kita siapkan hati dan niat kita untuk
menjadi tenaga sukarela! Kita mulai dahulu dari dalam lingkungan kita. Di bagian mana saudara
berada di dalam urutan di bawah ini, tidak menjadi masalah karena “Tubuh
kita mempunyai banyak anggota. Setiap anggota
ada tugasnya sendiri-sendiri. (Roma 12:4 – 8).
- Saya bisa menyanyi, saya ingin menjadi anggota pasuan suara, saya ingin
menjadi pemandu pujian;
- Saya bekerja di multi media, saya bisa membantu bidang multi media gereja;
- Saya bisa menjadi penerima tamu (usher);
- Saya tidak bisa apa-apa, tetapi bisa menyediakan waktu setiap Minggu,
panggillah saya; dan masih banyak lagi yang dapat kita persembahkan dengan mulai mengatakan: "Saya bisa ........."