Asal Kata.
Istilah “Prapaskah” merupakan
hasil penerjemahan secara bebas atas kata “Lent”.
Kata Lent berasal dari kosa kata
Bahasa Jerman pra historis: “langgitínaz”,
yang dibentuk dari penggabungan dua
kata: “lanngaz” yang berarti “panjang”
dan elemen imbuhan “tina” yang berarti “hari”. Sehingga kata itu
membentuk pengertian harfiah “hari yang panjang” dan diasosiasikan dengan Musim
Semi, yang mem-punyai waktu siang lebih panjang dari Musim Dingin.
Kata itu kemudian menjadi kata ambilan di dalam Bahasa Inggris Kuno dan
bertransformasi menjadi kata: “lencten”, yang kemudian berubah
menjadi “lengten” dan kemudian “Lenten” dalam Bahasa Inggris Abad
Tengah. Pada akhir Abad Tengah, kata Lenten
bertransformasi menjadi kata benda “Lent” (yang tetap dipergunakan
hingga sekarang dan kata Lenten
berubah menjadi bentuk kata sifat). Pengertiannya juga mengalami
perubahan, yaitu dari pengertian sekular “Musim Semi” menjadi pengertian rohani
sebagai “Masa Prapaskah.”
Kata Lent ini kemudian juga menjadi kata ambilan bahasa lain, a.l.: Lente
(Belanda), Lenz (Jerman); dalam
Bahasa Latin disebut: “Quadragesima,” yang berarti 40 hari
(rentang waktu Masa Prapaskah).
Pengertian & Istilah.
JIWA. Jiwa dari Masa Prapaskah (MPP)
berakar dari arti harfiah Lent yaitu
Musim Semi. Hadirnya Musim Semi berarti
berakhirnya Musim Dingin, di mana pepohonan yang daun-daunnya gugur sebelum
Musim Dingin, sekarang mulai bersemi kembali.
Jadi MPP
adalah Musim Semi rohani kita yang menjadi titik tolak perubahan,
pembaruan dan pertumbuhan sikap
hidup rohani kekristenan kita.
Hitungan masa 40 hari ini tidak termasuk hari-hari Minggu yang menjadi simbol
hari kemenangan bagi umat Kristen karena kebangkitan Tuhan Yesus. Hari-hari
Minggu, oleh karenanya, sering diidentikkan dengan “Paskah kecil.” Untuk tahun
2012, MPP terentang mulai hari Rabu, 22 Februari (Rabu Abu) hingga hari Sabtu,
7 April (Sabtu Sunyi). Guna menciptakan eskalasi rohani, maka minggu-minggu
selama masa itu ditandai mulai dari MPP I hingga MPP VI dengan diberi tema-tema
kecil, mulai dari awal pemuridan Tuhan Yesus (Markus 1 : 9 - 15) sampai saat
Tuhan Yesus masuk kota Yerusalem (Markus 11 : 1 -11).
40?. Mengapa 40? Mengapa MPP
berlangsung 40 hari?
Setiap bangsa, komunitas bahkan individu menyukai angka tertentu dengan
alasan tertentu juga, tanpa harus berbau mistis; misalnya, orang Jawa memberi
nama anak keduanya dengan awalan Dwi (artinya: dua, kedua). Demikian juga Bangsa Israel menganggap angka 40 itu
istimewa!
Sebagaimana yang terjadi di daerah Timur Tengah (a.l. bangsa-bangsa yang
menggunakan karakter Arab untuk menulis), karakter tulisan yang dipergunakan
oleh Bangsa Israel, yaitu Ibrani, selain berfungsi sebagai lafal huruf atau
kata juga berfungsi sebagai penunjuk bilangan (angka). Huruf Ibrani מ adalah huruf M (lafal mem, mim)
dan juga angka 40. Huruf M ini yang membentuk kata “mayim” yang berarti air (sebagai sumber hidup). Itulah salah satu
alasan mengapa angka 40 istimewa.
Dari sumber Alkitab juga banyak kita peroleh cerita tentang angka 40 tersebut.
Hujan 40 hari 40 malam yang menyebabkan banjir merendam bumi (Kejadian 7 : 4),
orang Israel makan manna empat puluh tahun lamanya (Keluaran 16 : 35), Tuhan
Yesus berpuasa 40 hari dan 40 malam sebelum memulai pekerjaan-Nya di dunia
(Matius 4 : 2) dan masih banyak lagi!
RABU ABU. MPP selalu dimulai pada hari
Rabu yang disebut sebagai Rabu Abu.
Sebutan ini muncul dan berasal dari kebiasaan menabur abu ke kepala atau duduk
di abu sebagai tanda perkabungan, kesedihan,
rasa hina serta penyesalan dan pertobatan atas dosa di hadapan Allah
(lihat 2 Samuel 13:19; Nehemia 9:1; Ester 4:1; Ayub 2:8 & 42:6; Yunus
3:5-6; Yeremia 6:26; Daniel 9:3).
Pada gereja mula-mula, penandaan abu di dahi hanya diberikan bagi mereka
yang telah membuat pengakuan dosa di depan umat. Melalui perjalanan waktu,
orang-orang mulai meminta penandaan abu di dahi ini sebagai tanda kalau mereka
juga tidak malu mengakui diri mereka sebagai “pendosa.” Dalam perkembangannya
hingga kini, penandaan abu di dahi ini kemudian diberikan kepada seluruh umat.
Dari kebiasaan di ataslah kemudian abu menjadi simbol kesadaran manusia dan pertobatan
atas dosa yang membawa maut.
Rabu Abu merupakan refleksi
hari kesedihan, penyesalan dan pertobatan kita, agar kita lebih mampu untuk
menghayati apa yang perlu kita ubah di dalam kehidupan kita, kalau kita ingin
menjadi orang Kristen sejati, sebagaimana termuat di dalam Doa Bapa kami: “dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab
kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami;” (Lukas 11:4).
Telaah Kesejarahan.
Dokumen paling kuno yang dapat dijadikan rujukan penyelenggaraan MPP adalah
tulisan di abad ke dua dari salah satu bapak gereja mula-mula, yaitu Irenaus, Uskup di Lugdunum, Gaul
(sekarang Lyon, perancis). Beliau mencatat adanya praktik berpuasa satu hingga
tiga hari sebelum Paskah yang dilakukan oleh banyak umat.
Praktik berpuasa ini menurut perkiraan sudah lama dilakukan oleh umat dan
sangat mungkin hal ini bahkan telah dilakukan sejak abad kesatu. Informasi ini dikuatkan oleh dokumen yang ditulis oleh Tertullian (Quintus Septimius
Florens Tertullianus) yang dikenal sebagai “Bapak Teologi Barat” dan penganjur konsep “Trinitas.”
Dokumen pertama yang secara tegas memuat anjuran untuk berpuasa 40 hari
sebelum Paskah ditulis tahun 311 oleh Athanasius,
Uskup Alexandria, dalam bentuk surat penggembalaan kepada umatnya. Pada tahun
339, Athanasius menulis surat penggembalaan kepada umatnya di Alexandria dengan
bahasa yang lebih keras:
“Puasa 40 hari, yang telah dipraktikkan di seluruh dunia, hendaknya bisa menjadi kebiasaan yang dilaksanakan sampai akhir;
sehingga ketika orang di seluruh dunia sedang melaksanakan puasa itu, janganlah
kita orang Mesir menjadi bahan ejekan sebagai orang yang hidup dalam kenikmatan
pada masa itu.”
No comments:
Post a Comment