Friday, May 2, 2014

Perenungan 8

Butaku Dan Tuliku

Nanar mata,
memandang jutaan bintang-bintang,
menguak gua,
mencari tanda dari kitab-kitab terbentang,
harap lenyap, asa tiada,
tiada dapat, hati meradang.

Allahku,
Lebih sering aku terpaku pada jalanku
Lembut sapa-Mu tak mencairkan kaku hatiku

Tuhan, tolonglah aku,
pimpin jalanku,
teduhkan jalan di bawah tongkat awan,
dan tongkat api yang menerangi jalan.

Kubuang kepongahan,

Kau lingkupi tubuh jiwaku dengan iman.

(Kejadian 15 : 1 – 6, 12 – 18; Roma 3 : 21 – 31).

Perenungan 7 - Seminggu Sesudah Rabu Abu

Seringkali Aku Lupa Diri

Aku terpana,
Engkau terima saja apa adanya dalam jiwa?
kuasa-Mu yang menggenggam angin?!
kuat-Mu yang menyimpan air dalam kain?!

Sungguh aku merasa rendah,
tidaklah lebih aku ini dari debu tanah
tapi setan selaksa menjadikan aku pongah!
mata menjelajah, tepuk dada merasa megah!

Aku malu,
kukoyak baju,
kusimbah badan dengan debu,
kubersimpuh dalam kelu pada aras tahta-Mu,
Tuhan, aku malu;
Tuhan, ampuni aku.

(Amsal 30 : 1 – 9; Matius 4 : 1 – 11).

Thursday, May 1, 2014

Perenungan 6

Aku, Yang Kedinginan Dan Lemah

Tuhan,
Engkaulah itu,
Bapa dari kupunya jiwa
Ibu dari kupunya kalbu
limpahan kasih-Mu senantiasa melewati cakrawala
kelembutan samirana (angin), itulah elusan kasih-Mu.   

Rengkuhlah aku dalam masa ini
agar hangat-Mu membuka beku hati
sehingga nurani dapat menjemput sengsara insani

Tiuplah ubun-ubunku, Tuhan
agar panas nafas membuka sukma
dan badan rentan mampu menahan
jernihkan batin menjauhi petaka goda.

(Ayub 5 : 8 – 27; I Petrus 3 : 8 – 18a)

Perenungan 5

Aku Mau, Tapi Malu!

Tuhan yang senantiasa mencintai
Engkau memanggil, sepenuh hati kami datang
Engkau yang menginginkan kami kembali
lebih dari keinginan kami untuk kembali pulang.
Panggilan-Mu yang menyentuh hati kami rasakan
limpahi kami dengan kebijakan
agar kami tahu jalan.

Tuntunlah aku di jalan-Mu, ya Tuhan
Dalam kelembutan kasih pengampunan.

(Ayub 4 : 1 – 21; Efesus 2 : 1 – 10)

Perenungan 4


Mari Ikut Aku!

Aku lupa,
kalau dicipta;
aku kuat,
bersemangat, (bahkan sering nekat!).

Aku ingat,
kalau lagi tengat;
lunglai, dekat sekarat,
tergoda maksiat, (bahkan kugadai harkat!).

Dosa… dosa… dosa… dosa……….
aku membawanya… aku menambahnya…
aku menambahnya… lagi, aku menambahnya…
tidak sejuta, segiga, setéra, seyotta… tapi ¥, ¥.....

Ya Pencipta Yang Empunya Kasih,
bukan karena kelemahan aku menjadi risih,
namun dalam kelemahan kupohon hati jernih,
lepas keluh, buang kesah, berniat bersih,
rentang tangan, buka jari ‘tuk mereka raih.

(Mazmur 32; Matius 9 : 2 - 13)

Perenungan 3

Tujuh Kali Tujuh Puluh Tahun!
Tujuh kali tujuh puluh tahun
tanggal gigi-gigi tua, putih mata menjadi rabun
masa berubah era, bukan pohon berganti daun.
Waktu aku rindu,
mendamba uluran tangan-Mu,
aduh Gusti,
lama sekali aku menanti.
Saat derap bergegap,
sendiri berkutat merebut harap,
nafas kupacu, langkah seribu,
tertinggal di mana tadi Tuhanku?
Ya Allah,
aku jauh dan menjauh, sendiri menjelajah,
Engkau senantiasa ada, dekat, menebar rahmat,
bukalah sumpal telinga ini agar mendengar,
janji penebusan yang tak pernah pudar,
memohon kasih yang panjang sabar.

(Daniel 9 : 15 – 25a; II Timotius 4 : 1 - 5)

Perenungan 2

Tidak Terjadi di Simpang Lima!
Tuhan menyapa: “Selamat pagi anak-anak-Ku”
Di kantor, ya saat masuk aula,
kubergumam: “Besok aku akan berdoa lebih lama”
     Di dapur, ya daging wagyuku hangus!,
     doa tinggal kata, mulut terberangus!
Di sekolah, ya mulut lebar lepas menguap
“doa” dalam dengkur teratur, buku didekap

Allahku,
Gustiku,
Di manakah Engkau? Aku mau berdoa kepada-Mu!

Tuhan,
Biarlah apa yang akan kulakukan hari ini
datang dariMu,
jadikanlah hari ini,
perangaiku sebagai cerminan karya-Mu.
Aku rindu dengan-Mu, untuk senantiasa dekat
Aku ingin bersama-Mu, bukan karena pepat.

(Daniel 9 : 1 - 14; I Yohanes 1 : 3 - 10)