Showing posts with label KONTEMPLASI. Show all posts
Showing posts with label KONTEMPLASI. Show all posts

Saturday, May 3, 2014

Menurutmu, Siapakah Sesamamu? (3)

JEBAKAN TIKUS
Petani dan istrinya sedang membuka sebuah bungkusan dan seekor tikus mengintip dari celah retakan tembok. "Ada makanan apa di dalamnya, ya?" pikir Si Tikus. Dia kaget setengah mati, ternyata isinya jebakan tikus. Si Tikuspun lari keluar dan memberi peringatan: "Ada jebakan tikus di dalam! Ada jebakan tikus  di dalam rumah !"
Seekor ayam yang sedang mengais tanah, mengangkat lehernya dan bilang: "Tuan Tikus, saya hanya bisa bilang, ini liang kubur untukmu, nggak ada urusannya dengan saya. Jangan ganggu saya dong!."
Lalu Si Tikus mengarah ke kambing dan berkata: "Ada jebakan! Jebakan tikus dalam rumah!" Kambing agak bersimpati, dan menjawab: "Mohon maaf, Tuan Tikus, tapi saya tidak bisa berbuat apa-apa kecuali berdoa. Percayalah, kamu ada dalam doaku."
Si Tikus lalu menuju ke sapi dan berkata: "Ada jebakan, ada jebakan tikus di situ!" Dan sapi menjawab: "Wah... Tuan, maaf, maaf, nggak ada urusannya sama saya."
Dengan lemas Si Tikus kembali ke rumah itu, kepala merunduk dan hilang semangatnya karena harus berhadapan dengan jebakan petani itu sendirian.
Di malam yang tenang itu, terdengar suara, seperti jebakan tikus menjepret korbannya. Istri petani datang untuk melihat hasilnya. Di dalam kegelapan, ia tidak tahu kalau perangkap tikus itu telah menjepit buntut seekor ular. Ular menggigit istri petani itu. Petani buru-buru membawanya ke rumah sakit dan kembali ke rumah dengan istri dalam keadaan demam.
Orang-orang pun tahu, menurunkan demam biasanya dengan makan sop ayam hangat. Petani menangkap ayam, memotongnya dan dagingnya dijadikan bahan sop. Namun, sakitnya tetap berlanjut. Setiap hari para tetangga datang menengoknya dan ngobrol cukup lama dekat ranjangnya. Untuk memberi makan para tamu itu, dipotonglah kambing. Tidak sembuh-sembuh juga, akhirnya istri petani meninggal. Begitu banyak tetangga dan famili melayat, sehingga petani harus memotong sapinya untuk memberi hidangan bagi mereka.
Selama berhari-hari Si Tikus, dengan sangat sedih, mengintip semua kejadian ini dari celah tembok. Ancaman yang dia rasakan dan dia sampaikan kepada rekan-rekannya tidak mereka pahami. Semua teman-temannya yang diharapkan solider, bahkan binasa.
Jika saudara memahami cerita di atas dan berpikir hal itu tidak tidak berhubungan dengan saudara, ingatlah!
Kita semua ada di dalam rombongan perjalanan, yaitu perjalanan hidup. Kita harus saling memperhatikan dan mendukung satu dengan yang lain, karena setiap diri kita merupakan benang pakan utama bagi tenunan indah orang lain. Semoga!.


Tidak adanya rasa damai
bersumber dari kealpaan kita
bahwa kita semua ini saling memiliki.
(Bunda Teresa)

Menurutmu, Siapakah Sesamamu? (2)

Ayah Seorang Marinir.
Senja itu seorang perawat mengantar seorang perwira AL muda yang tampak lelah namun dipenuhi rasa ingin tahu, ke tepi ranjang seorang pasien.
"Anakmu ada di sini," katanya kepada bapak tua yang sedang terbaring. Si perawat mengulangi kalimat itu beberapa kali, sampai akhirnya pasien itu membuka matanya.
Karena masih dalam pengaruh obat akibat serangan jantungnya, pasien tersebut hanya bisa samar-samar melihat adanya seorang Perwira AL muda berseragam yang berdiri di samping ranjangnya. Ia menyorongkan tangannya. Perwira muda itu mendekapkan jari-jarinya ke kepalan tangan orang tua itu, serta meremasnya sebagai tanda kasih dan dukungan semangat. Perawat kemudian menyorongkan kursi kepada perwira itu untuk duduk dan pergi meninggalkan mereka berdua.
Sepanjang malam perwira tersebut duduk di situ dalam sinar lampu yang temaram, menggenggam tangan si pasien tua sambil mengungkapkan kata-kata sayang dan penguatan. Setiap kali perawat datang memeriksa keadaan pasien selalu sambil menyarankan perwira muda itu untuk beristirahat sebentar tapi selalu ditolaknya. Perwira muda itu tidak perduli terhadap suara berisiknya rumah sakit: benturan tangki oksigen, tawa perawat yang tugas malam, tangisan dan erangan pasien-pasien lainnya. Setiap kali yang diperhatikan dan dilihat perawat bahwa perwira muda tersebut selalu berbicara menyampaikan kata-kata lembut kepada pasien tua yang terpejam diam menanti ajalnya. Jemari keduanya saling menggenggam erat sepanjang malam.
Menjelang fajar, pasien tua itu pun wafat. Perwira muda itu melepaskan genggaman tangannya dan beranjak ke luar kamar menuju meja perawat untuk memberitahukannya. Para perawat pun segera sibuk melakukan persiapan, sementara perwira muda tersebut menunggu.
Si perawatpun mendatanginya seraya menyampaikan rasa duka dan simpatinya, tapi perwira itu memotong bicaranya.
"Sebetulnya, siapakah bapak itu?" tanyanya kepada si perawat.
Perawat terkesima, "Dia ayahmu," jawabnya.
"Tidak, dia bukan ayahku," sergah si perwira,
"Saya belum pernah melihat dia seumur hidup saya," lanjutnya.
Perawat yang kebingungan itu pun bertanya, "Lalu, kenapa Anda tidak bilang ketika saya bawa anda kepada dia?".
Sambil tersenyum perwira muda itu pun menjawab, "Saya tahu kalau telah terjadi kesalahan, tapi saya juga tahu bapak itu membutuhkan anaknya, sementara itu anaknya tidak ada di sini. Ketika saya mengetahui dia terlalu parah untuk mengenali bahwa saya anaknya atau bukan, maka saya menyadari betapa dia sangat membutuhkan anaknya, dan saya pun memutuskan untuk tetap di sampingnya."


Menurutmu, Siapakah Sesamamu? (1)

Gosip SOCRATES
(Bahan perenungan dan refleksi pribadi)

Socrates adalah sosok yang dikenal sebagai ahli filsafat dari masa Yunani kuno. Pada suatu hari, seorang kenalan menemuinya dan berkata, “Tahukah Tuan apa yang saya dengar tentang sahabat Tuan?”
“Tunggu dulu!,” Socrates memotong. “Sebelum saudara menyampaikan perihal apapun kepada saya, saya ingin saudara menjawab tiga pertanyaan sederhana.”
“Tiga pertanyaan sederhana?,” tanya si kenalan tadi.
“Betul; tiga pertanyaan sederhana.” Socrates menukas. “Sebelum saudara berbicara tentang sahabat saya tadi, tolong pikirkan tentang apa yang akan saudara katakan. Pertanyaan pertama saya adalah tentang KEBENARAN. Apakah saudara sangat yakin bahwa apa yang akan saudara katakan itu adalah BENAR?”
“Tidak sih,” kenalannya tersebut menimpali, “Saya hanya mendengarnya dari orang lain dan …”
“Baik,” potong Socrates. “Jadi saudara tidak yakin apakah hal itu benar atau tidak. Sekarang jawablah pertanyaan ke dua, yaitu tentang KEBAIKAN. Apakah hal yang akan saudara ceritakan kepada saya tentang sahabat saya itu adalah sesuatu yang baik?”
“Nggak sih, bahkan sebaliknya …”
“Jadi,” lanjut Socrates, “Saudara ingin memberitahu saya sesuatu yang buruk tentang sahabat saya, namun saudara juga tidak yakin akan kebenarannya."
"Satu lagi pertanyaan saya yang terakhir, yaitu tentang KEMANFAATAN. Apakah hal yang akan saudara ceritakan kepada saya tentang sahabat saya itu adalah sesuatu yang bermanfaat bagi saya?”
“Nggak sih, sama sekali tidak …”
“Nah,” simpul Socrates, “Jika apa yang saudara ingin beritahukan kepada saya adalah sesuatu yang saudara sendiri ragu akan kebenarannya, belum tentu baik dan mungkin tidak bermanfaat, jadi kenapa saudara harus repot-repot ingin memberitahukannya kepada saya?”

(Sumber: Testing For Gossip, http://www.rogerdarlington.me.uk/stories.html).

Suplikasi 15

Tuhan, dalam kasih-Mu,
telinga kubuka, laku kutiru,
tamparan kuterima, ampun kuseru!

(Yesaya 50 : 4 – 9a; Yohanes 13 : 21 – 32; Ibrani 12 : 1 – 3; Mazmur 70).

Suplikasi 14

Aku adalah sampah, ketika Tuhan panggil,
     aku pongah, ketika Allah sentil.

          Pertolongan-Mu,
               membuat aku rindu bersekutu.

(Yesaya 49 : 1 – 7; Yohanes 12 : 20 – 36; I Korintus 1 : 18 – 31; Mazmur 71 : 1 – 14).

Suplikasi 13

Ya Tuhan,
sampai ke langit kasih-Mu,
ke awan setia-Mu
karya penebusan-Mu tidak pandang bulu.

Persembahan yang tak bercacat,
telah menanggung dosaku yang likat pekat.

(Yesaya 42 : 1 – 9; Yohanes 12 : 1 – 11; Ibrani 9 : 11 – 15; Mazmur 36 : 5 – 11).

Suplikasi 12


Tuhan,
Kami merindukan negeri yang tentram,
Jauhkanlah sumpah serapah dan gertak geram,
dari negeri kami ini yang sedang kelam,
sehingga teduh dan nyaman,
menjadi tempat-Mu bersemayam.

(Yeremia 33 : 10 – 16; Markus 10 : 32 – 34, 46 – 52.).

Suplikasi 11

Ya Allah,
Tiada pernah lelah
Engkau merengkuh yang salah,
kami pendurhaka, si penjarah,
yang telah menjadi cacing tanah,
Engkau beri berkah limpah dan salamah.

(Filipi 2 : 12 – 18; Yeremia 33 : 1 – 9).

Suplikasi 10

                 Ya Tuhan, inilah masa tarak puasaku,
            memati raga dan mengubur kalbu,
       sehati sepikir, menyimpul jiwa
membuka rasa, membantu sesama.

(Ulangan 16 : 1 – 8; Filipi 2 : 1 – 11).

Suplikasi 9

Bumi dan langit bergerak,
Tahta raja-raja terserak,
Kuasa bangsa-bangsa hancur berderak!
               Ya Tuhan,
                  Kasihanilah kami.
             Ampuni kami,
Dan perbaharuilah hidup ini.

(Hagai 2 :1 – 9, 20 – 23; Yohanes 12 : 34 – 50).

Suplikasi 8

Ya Allah, Gunung Batuku,
Dengan roh-Mu, kuatkanlah hatiku,
Lewat karya penebusan, jadikan aku saksi-Mu.

(Yesaya 44 : 1 – 8; Kisah Para Rasul 2 : 14 – 24).

Suplikasi 7

Ya Allah, Pencipta insan,
                  dari masa lalu kuasa-Mu dituliskan,
                  lewat zaman,
kemurahan dan kasih-Mu didaraskan,
                  dalam kemuliaan,
jadikanlah aku pelayan.

(II Korintus 3 : 4 – 11; Yesaya 43 : 8 – 13).



Suplikasi 6

Ya Tuhan,
Allah masa lalu, kini dan masa nanti,
       air mataku,
       meski telah terperas
       habis dalam nyeri,
             tiada ada harga
             walau hanya untuk membasuh duli,

mulutku,
yudasku keji,
ampuni aku,
ya Rabuni.

(Yohanes 12 : 1 – 11; Habakuk 3 : 2 – 13)

Suplikasi 5

Ya Allah, sebagaimana doa Harun lewat kurban bakarannya itu Engkau terima,
Dalam hati remuk rengkuhan tangan-Mu 'ku damba. 
Menguatkan aku menghampiri takhta kasih karunia-Mu
Membuat aku berani untuk memohon rahmat-Mu.

(Keluaran 30 : 1 – 10; Ibrani 4 : 14 – 5 : 4).

Suplikasi 4

                  Ya Allah, di halte-halte lain lebih sering aku singgah,
                  melepas lelah, mencuci mata pada yang indah, selah;
                  Saat rembang petang merangkaki malam,
                  gagal aku menyelinap ke perhentian-Mu tenteram,
                  ampun Tuhan, cucilah culasku yang kelam,
                  agar di perhentian-Mu saja aku bisa memejam.

(Yesaya 30 : 15 – 18; Ibrani 4 : 1 – 13).

Suplikasi 3

Ya Yesus, saat-Mu sudah ribuan tahun berulang;
     namun tegar-tengkukku pantang ke belakang.
          Kini, di hari menjelang,
               tuntunlah aku melihat Terang!

(Yesaya 60 : 15 – 22; Yohanes 8 : 12 – 20).

Suplikasi 2

Ya Allah Yang Setia,
campakkan semua inderaku
dan gantikanlah dengan loh batu perjanjian-Mu, 
sehingga aku mampu mengikut jalan-Mu.

(Bilangan 20 : 1 – 13; I Korintus 10 : 6 – 13).

Suplikasi 1

Tuhan,
aku berkaca melihat kesetiaan Musa.
Pimpinlah aku Yesus,
agar senantiasa setia sebagai anak-Mu.

(Keluaran 15 : 22 – 27; Ibrani 3 : 1 – 6).

Friday, May 2, 2014

Perenungan 10

Allahku… Aku Mengaku.....

Allah yang mengasihiku… aku mengaku,
lebih sering luapan hati mengalir ke sejuta muara
sendat dan nyaris tidak mengalir ke muara-Mu.

Tolonglah Tuhan,
Tariklah luapan arus liar hati ini
Ke haribaan Muara Harapan.

Di muara harapan-Mu
riak gelombang damai mendendang,
jiwa menerawang, batin mengenang,
mendamba Pendamai datang.

(Kejadian 16 : 7 – 15; Markus 8 : 27 – 30).

Perenungan 9

Imanku, Imanku....Lama Kau Pergi.....

Tanganku… kokoh; untuk menggocoh
Kakiku… kuat berurat; untuk menyebat
Mataku… tajam; melihat dalam kelam
Suaraku… manis; membuat orang menangis
Jiwaku… kosong; menganga bak gorong-gorong!
Iman… Iman… mengapa kau tinggalkan aku?

(Kejadian 16 : 1 – 6; Roma 4 : 1 – 12).