Saturday, May 3, 2014

Menurutmu, Siapakah Sesamamu? (2)

Ayah Seorang Marinir.
Senja itu seorang perawat mengantar seorang perwira AL muda yang tampak lelah namun dipenuhi rasa ingin tahu, ke tepi ranjang seorang pasien.
"Anakmu ada di sini," katanya kepada bapak tua yang sedang terbaring. Si perawat mengulangi kalimat itu beberapa kali, sampai akhirnya pasien itu membuka matanya.
Karena masih dalam pengaruh obat akibat serangan jantungnya, pasien tersebut hanya bisa samar-samar melihat adanya seorang Perwira AL muda berseragam yang berdiri di samping ranjangnya. Ia menyorongkan tangannya. Perwira muda itu mendekapkan jari-jarinya ke kepalan tangan orang tua itu, serta meremasnya sebagai tanda kasih dan dukungan semangat. Perawat kemudian menyorongkan kursi kepada perwira itu untuk duduk dan pergi meninggalkan mereka berdua.
Sepanjang malam perwira tersebut duduk di situ dalam sinar lampu yang temaram, menggenggam tangan si pasien tua sambil mengungkapkan kata-kata sayang dan penguatan. Setiap kali perawat datang memeriksa keadaan pasien selalu sambil menyarankan perwira muda itu untuk beristirahat sebentar tapi selalu ditolaknya. Perwira muda itu tidak perduli terhadap suara berisiknya rumah sakit: benturan tangki oksigen, tawa perawat yang tugas malam, tangisan dan erangan pasien-pasien lainnya. Setiap kali yang diperhatikan dan dilihat perawat bahwa perwira muda tersebut selalu berbicara menyampaikan kata-kata lembut kepada pasien tua yang terpejam diam menanti ajalnya. Jemari keduanya saling menggenggam erat sepanjang malam.
Menjelang fajar, pasien tua itu pun wafat. Perwira muda itu melepaskan genggaman tangannya dan beranjak ke luar kamar menuju meja perawat untuk memberitahukannya. Para perawat pun segera sibuk melakukan persiapan, sementara perwira muda tersebut menunggu.
Si perawatpun mendatanginya seraya menyampaikan rasa duka dan simpatinya, tapi perwira itu memotong bicaranya.
"Sebetulnya, siapakah bapak itu?" tanyanya kepada si perawat.
Perawat terkesima, "Dia ayahmu," jawabnya.
"Tidak, dia bukan ayahku," sergah si perwira,
"Saya belum pernah melihat dia seumur hidup saya," lanjutnya.
Perawat yang kebingungan itu pun bertanya, "Lalu, kenapa Anda tidak bilang ketika saya bawa anda kepada dia?".
Sambil tersenyum perwira muda itu pun menjawab, "Saya tahu kalau telah terjadi kesalahan, tapi saya juga tahu bapak itu membutuhkan anaknya, sementara itu anaknya tidak ada di sini. Ketika saya mengetahui dia terlalu parah untuk mengenali bahwa saya anaknya atau bukan, maka saya menyadari betapa dia sangat membutuhkan anaknya, dan saya pun memutuskan untuk tetap di sampingnya."


Menurutmu, Siapakah Sesamamu? (1)

Gosip SOCRATES
(Bahan perenungan dan refleksi pribadi)

Socrates adalah sosok yang dikenal sebagai ahli filsafat dari masa Yunani kuno. Pada suatu hari, seorang kenalan menemuinya dan berkata, “Tahukah Tuan apa yang saya dengar tentang sahabat Tuan?”
“Tunggu dulu!,” Socrates memotong. “Sebelum saudara menyampaikan perihal apapun kepada saya, saya ingin saudara menjawab tiga pertanyaan sederhana.”
“Tiga pertanyaan sederhana?,” tanya si kenalan tadi.
“Betul; tiga pertanyaan sederhana.” Socrates menukas. “Sebelum saudara berbicara tentang sahabat saya tadi, tolong pikirkan tentang apa yang akan saudara katakan. Pertanyaan pertama saya adalah tentang KEBENARAN. Apakah saudara sangat yakin bahwa apa yang akan saudara katakan itu adalah BENAR?”
“Tidak sih,” kenalannya tersebut menimpali, “Saya hanya mendengarnya dari orang lain dan …”
“Baik,” potong Socrates. “Jadi saudara tidak yakin apakah hal itu benar atau tidak. Sekarang jawablah pertanyaan ke dua, yaitu tentang KEBAIKAN. Apakah hal yang akan saudara ceritakan kepada saya tentang sahabat saya itu adalah sesuatu yang baik?”
“Nggak sih, bahkan sebaliknya …”
“Jadi,” lanjut Socrates, “Saudara ingin memberitahu saya sesuatu yang buruk tentang sahabat saya, namun saudara juga tidak yakin akan kebenarannya."
"Satu lagi pertanyaan saya yang terakhir, yaitu tentang KEMANFAATAN. Apakah hal yang akan saudara ceritakan kepada saya tentang sahabat saya itu adalah sesuatu yang bermanfaat bagi saya?”
“Nggak sih, sama sekali tidak …”
“Nah,” simpul Socrates, “Jika apa yang saudara ingin beritahukan kepada saya adalah sesuatu yang saudara sendiri ragu akan kebenarannya, belum tentu baik dan mungkin tidak bermanfaat, jadi kenapa saudara harus repot-repot ingin memberitahukannya kepada saya?”

(Sumber: Testing For Gossip, http://www.rogerdarlington.me.uk/stories.html).

Suplikasi 15

Tuhan, dalam kasih-Mu,
telinga kubuka, laku kutiru,
tamparan kuterima, ampun kuseru!

(Yesaya 50 : 4 – 9a; Yohanes 13 : 21 – 32; Ibrani 12 : 1 – 3; Mazmur 70).

Suplikasi 14

Aku adalah sampah, ketika Tuhan panggil,
     aku pongah, ketika Allah sentil.

          Pertolongan-Mu,
               membuat aku rindu bersekutu.

(Yesaya 49 : 1 – 7; Yohanes 12 : 20 – 36; I Korintus 1 : 18 – 31; Mazmur 71 : 1 – 14).

Suplikasi 13

Ya Tuhan,
sampai ke langit kasih-Mu,
ke awan setia-Mu
karya penebusan-Mu tidak pandang bulu.

Persembahan yang tak bercacat,
telah menanggung dosaku yang likat pekat.

(Yesaya 42 : 1 – 9; Yohanes 12 : 1 – 11; Ibrani 9 : 11 – 15; Mazmur 36 : 5 – 11).

Suplikasi 12


Tuhan,
Kami merindukan negeri yang tentram,
Jauhkanlah sumpah serapah dan gertak geram,
dari negeri kami ini yang sedang kelam,
sehingga teduh dan nyaman,
menjadi tempat-Mu bersemayam.

(Yeremia 33 : 10 – 16; Markus 10 : 32 – 34, 46 – 52.).

Suplikasi 11

Ya Allah,
Tiada pernah lelah
Engkau merengkuh yang salah,
kami pendurhaka, si penjarah,
yang telah menjadi cacing tanah,
Engkau beri berkah limpah dan salamah.

(Filipi 2 : 12 – 18; Yeremia 33 : 1 – 9).