The
Devil Wears Prada!
Mungkin
tidak banyak dari kita yang masih ingat sebuah film top box office 2006 dengan
judul diatas (diangkat dari sebuah novel dengan judul sama) yang berhasil
memenangi berbagai penghargaan dunia. Di film
itulah kita menyaksikan bagai-mana bintang tenar Meryl Streep memainkan karakter antagonis “Miranda Priestly,” redaktur kepala majalah model Runway. Tidaklah
mengherankan kalau khalayak bilang film
tersebut merupakan parade merek-merek ternama di dunia,
dari ujung rambut hingga ke kaki dan dari dalam hingga luar rumah. You
name it, it’s there for the asking! Sungguh suatu pameran konsumerisme yang
fantastis!
Tentu kemudian kita bertanya: “Apa hubungan konsumerisme dengan iman?.” Anak saya secara spontan
menjawab: “Hubungannya baik-baik
saja tuh Pa! Belanja, ya; ke gereja, ya juga!,” meski belum paham arti
KONSUMERISME!.
Sama seperti “isme” lainnya yang berarti “jalan hidup,” konsumerisme
berarti jalan hidup untuk berperi-laku konsumtif. Konsumtif adalah perangai yang mendahulukan sifat “ingin.” Ini sangat berbeda dengan kata “konsumsi” yang mendahulukan sifat “perlu.” Belanja sembako dan pakaian harian, contohnya, sifatnya perlu,
jadi dapat dikategorikan sebagai konsumsi.
“Stop… stop! Kalau penalarannya seperti itu, semua orang di dunia konsumtif dong!,” sela anak saya tadi dengan nada tinggi.
“Yaa, orang belum selesai bicara sudah dipotong! Saya
lanjutkan dahulu penjelasannya. Kata kunci
konsumerisme adalah ‘ingin’.”
“Nah!” Kalau begitu, Doraemon-lah biang-keroknya!” anak
saya menukas lagi, sambil bernyanyi: “Aku ingin begini, aku ingin begitu….
la, la, la….”
“Ha, hi, hu… lucu deh dikau!”
jawab saya (dia jelas melupakan kata kunci
utama konsumerisme, yaitu jalan hidup); “Kalau mau contoh, itu kamu!
Ingat nggak waktu kecil Papa beliin Tamagotchi? Nyesel deh Papa! Maunya ngajarin kamu hidup disiplin, eeeh, mainannya
malahan menjadi IDOL! Nyuapin, nge-WC-in… trus lupa belajar! ”
“OK, OK, Pa…” dengan tersipu-sipu dia menukas; “What’s
the point?... tapi apa intinya?.”
“Sabaar, intinya di Lukas 16:13”; demikian sabda-Nya:
“Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan.”
Dengan jumawa dia bilang: “Pa, itu kan
film orang dewasa? Jadi… siapakah iblis yang suka pakai merek Prada? Ha,
ha, ha!”
“Hei… jangan lari
kau anak iblis!” teriakan canda si ayah.