Bukan Aku… Tapi Ular Itu!
Judul dan ilustrasi diatas kiranya cukup menjelaskan bagian
Kitab Kejadian tentang “proses pencobaan” sehingga manusia jatuh ke dalam dosa. Melanjutkan renungan minggu yang lalu, kali ini kita akan membahasnya
sebagai analogi mengapa konsumerisme menjadi “jalan hidup”.
Di dalam proses pencobaan itu, ada satu hal yang pasti yaitu:
Allah tidak pernah mencobai siapa pun (Yak. 1:13 ). Celakalah si ular! Hanya karena Hawa bicara: “Ular itu yang memperdayakan aku,” maka si ular mendadak
berubah menjadi “kambing hitam!” dan ketika
Adam berkata: “Perempuan itu yang memberikan buah pohon kepadaku,” maka
kambing hitam itu sudah menjadi dua!. Kalau “yang merasa tidak tergoda” itu hanya satu, silahkan hitung berapa banyak
kambing-kambing hitam itu sekarang di dunia!
Kejadian diatas terjadi ketika si ular
mengusik nalar Hawa dengan berkata: “Tentulah Allah berfirman:
Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?.” Iblis tidak
sembarangan bicara! Dia menyusun kalimatnya dengan
memakai jargon psikologi “pernyataan negatif” (negative commands).
Iblis tahu persis sifat dasar manusia:
“miliki dan menjadi berarti” (to
have is to be). Dengan gaya bahasa inilah nalar Hawa dan Adam dia eksploitir habis-habisan!.
Perangai “menjadi berarti” ini dapat berbentuk seperti “aku
lebih”, “aku dulu”, “aku beda”, “aku juga” dan banyak “aku-aku” lainnya.
Dalam dunia modern, gaya bahasa
iblis ini ternyata semakin luas dipakai di berbagai media iklan untuk menghipnotis khalayak agar ingin “menjadi (lebih) berarti”! Sifat
dasar manusia (baca: kita) habis dieksplotir oleh dunia bisnis agar kita
“dengan senang hati“ (baca: terbujuk) untuk memiliki hal yang sejatinya tidak “perlu.”
“Mas, Mas tahu nggak…hhh” kata tetangga disela nafas beratnya saat kami jogging
pagi. “Aku baru sadar kalau arloji Patek Philippe-ku ini self winding dan
nggak perlu diputer selama 90 hari.” Nggak mau kalah, aku timpali dia: “Sama
punyaku ini, tapi bisa hidup 1.000 hari dan
jangan tanya harganya!” Dia berhenti, kaget dan bertanya: “Merek
apa Mas?” Jawabku, sambil lari: “KASIO, di KASI Orang! ha, ha!”
“Mas
turun sini
No comments:
Post a Comment