Wani Pira?
Sebagian besar dari kita tentu kenal dengan ungkapan iklan
diatas yang menjadi tema kali ini. Iklan itu memuat pesan tersamar karena
produk yang ditawarkan adalah rokok! Kalau
produk lainnya? Wah, sangat bebas dan
beragam, mulai dari iklan yang anggun sampai dengan iklan yang vulgar.
Masih ingatkah kita pada bagian akhir renungan minggu lalu bahwa kita (konsumen) sudah bukan lagi raja!
Kerajaan itu sekarang menjadi milik para produsen yang dengan
“kekuasaan” (anggaran besar) “memerintah” (membujuk dengan iklan dan
iming-iming) sehingga kita “takluk” (membeli)
dan menjadi “budak” (tergantung). Pada tahun 80an ada iklan kartu kredit dengan slogan: “Don’t leave home without it!”
(Jangan tinggalkan rumah tanpa membawa kartu kredit “X”). Kini, slogan itu sudah waktunya diganti dengan: “Leave
home and bring THEM all!” (Pergilah dan bawalah SEMUA kartu kredit).
Mengapa? Karena kita menjadi ultra “perlu” mempunyai banyak kartu kredit sekedar “gali lobang, tutup lobang” agar ke-”perlu”-an kita terpuaskan. Kita sudah
terperangkap di dalam terowongan gelap tak berpangkal dan tak berujung
yang bernama KONSUMERISME!
“Horas Lae!”,
sapaan bekas guru Fisika menantuku yang cantik itu mengusik keasyikanku menikmati tusuk
terakhir di warung sate dekat masjid.
“Eh, ya… horas juga Pak!” jawabku gagap karena ketahuan lagi
jajan. “Tenang sajalah, kalau yang ini
sih bukan konsumtif karena makan itu merupakan kebutuhan dasar yang masuk
dalam Skala Maslow paling rendah”, tukasnya berteori. Nampaknya Pak Guru
ini membaca seri tulisan-tulisan saya sebelumnya. Saya jadi tertarik
berdiskusi dengannya. “Menurut Pak Guru, apa yang masuk kategori
konsumtif?”. Dia mulai duduk, memesan sate dan dengan serius berbicara
dengan gaya
seorang guru: “Menurut aku, konsumtif itu… mmm…to buy something you don’t
need, with the money you don’t have, to impress someone you don’t know… begitu!”
lanjutnya: “Jadi, itulah… membeli sesuatu
yang kau tidak perlu, dengan uang
yang kau tidak punya dan celakanya… kau lakukan itu semua (nadanya
mulai naik) untuk pamer kepada orang yang kaupun tidak kenal, bah!”.
Daripada kena semprot sambal sate, pulanglah aku.
No comments:
Post a Comment