Yes, But….?
Petunjuk lalu-lintas tersebut memberi tahu kalau kita boleh berbelok ke kiri atau ke
kanan. Jadi tanda itu HANYA mengijinkan kita untuk memilih SATU tujuan!.
Demikian pula halnya dengan pilihan antara
iman dan konsumerisme, HANYA SATU
pilihan. Mengapa?
Ingatkah kita akan
renungan seri 1 tentang “isme”? Jalan
hidup yang mana akan kita tempuh, dengan mengingat bahwa kita tidak bisa mengabdi pada dua tuan? Sangat sering kita
berkilah: “Yes, but…; Ya, tapi….,” agar kita
dapat masuk ke wilayah abu-abu!
Ingatkah kita tentang bagaimana ular kita sebut
sebagai “kambing hitam” di renungan seri 2?. Agar kita bisa memanjakan perangai “menjadi berarti”, agar kita
dapat menjadi “aku
lebih”, “aku dulu”, “aku beda”, “aku juga” dan “aku-aku” lainnya, demi “kemuliaanku.”
Ingatkah akan renungan seri 3 dimana kita
secara gampang berseloroh: “Iman sih kuat,
tapi... si Amin ini yang nékad.”? Agar kita sah untuk berkata: “Jadilah kehendakku!.”
Ingatkah kita akan
renungan seri 4, minggu yang lalu, tentang perilaku kita yang sangat sia-sia? Kita rela untuk “gali lobang, tutup lobang” agar ke-”perlu”-an kita
terpuaskan, tanpa menyadari bahwa hal itu sama dengan: “Membeli sesuatu yang kita tidak perlu, dengan uang yang kita tidak punya,
untuk pamer kepada orang yang kita tidak ke-nal!”.
Empat alasan diatas paling tidak menjawab pertanyaan mengapa
hanya ada satu pilihan untuk kita, karena dalam iman Kristen tidak ada wilayah abu-abu dan tidak ada wilayah hitam. Hanya ada wilayah putih,
sejalan dengan panduan hidup Tuhan melalui surat Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus: “Jika engkau makan atau jika
engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah
semuanya itu untuk kemuliaan Allah” (I Kor. 10 : 31 ). (Sebagai
kota pelabuhan
yang ramai pada zaman-nya, seperti kota
Jakarta sekarang,
Korintus menjadi kota
yang angkuh secara intelek, kaya secara materi, dan bejat secara moral).
“Pah...,” suara isteriku memecah konsentrasiku,
“kasih tip dong, agar aku bisa fashionable without being consumtive!.”
“Bener nih, mau
tip saya? Piece of cake…gampang! Ambil saja kantong gandum USAID Amerika itu,
lipat memanjang dan potong lengkung kedua
sisinya… “voila!,” jadilah satu baju
“yukènsi” dengan gambar tangan
bersalaman lagi!,” ujarku
sambil berlari menghindari rudal kelom geulis.
No comments:
Post a Comment