Sejak kecil, saya menggemari komik (juga kartun dan
karikatur). Kecerdasan imaginer pencipta mampu menuangkan gagasan kedalam
bentuk coretan gambar sederhana dan ekspresif dengan kalimat pesan yang padat
pada ruang yang terbatas, seperti pada
kartun di atas.
Konsentrasi saya terpecah di saat Nathan, cucu saya yang
berusia 3 tahun, menarik tangan untuk meminta di pangku. Dia diam sejenak
sambil mengamati layar komputer, namun tiba-tiba dia berbicara: “Éyang (kakek), itu Tuhan Yesus ya?” dengan jarinya yang mungil menunjuk ke
gambar di layar. “Kata Ibu Endang,
Tuhan Yesus sayang pada anak-anak!” (rupanya dia masih ingat cerita ibu
guru sekolah Minggu). “Eh, ehm…ya?!” jawab saya sambil terus
mengetik. Merasa kurang diperhatikan, dia
beringsut di pangkuan, memegang muka saya dan mengarahkan kontak mata
dia dengan saya, kemudian berbicara: “Eyang, eyang! Lihat itu, Tuhan Yesus sedih ya?” Jawab saya: “Betul,
Tuhan Yesus nampak sedih!
Lihat, dengan wajah sedih Dia memeluk gedung gereja!”
Nathan: “Tidak memeluk orang dan anak-anak ya eyang?”
Eyang: “Nggak ada tuh!
Orang-orang lebih suka di dalam gereja karena nyaman; kan pakai AC!”
Perbincangan terputus ketika dia diajak mamanya tidur siang.
Kembali
ke laptop! Secara jujur (meski pahit), kita memang harus mengakui bahwa kita
merasa nyaman berada di dalam gereja,
mencari “keselamatan”!
Lhoh?!
Bukankah kita ini orang Kristen, pengikut Kristus, orang-orang yang dipilih oleh
Kristus untuk DISELAMATKAN, sehingga
kita juga sudah menjadi bagian tubuh Kristus? (lih. Kol. 1 : 8).
Kini semakin jelas konstelasinya; Kristus adalah kepala dan
kita sebagai anggota tubuh-Nya (lih. Rm. 12 : 4 – 5), seperti visualisasi gambar
dibawah ini.
Satu hal lagi; Kita tentu masih ingat KJ 257 – “Aku Gereja, Kau Pun
Gereja.” Meskipun hampir tidak pernah dinyanyikan di kebaktian Minggu, kita
tetap bisa menyanyikannya karena dulu pernah diajarkan di sekolah Minggu. Apa
yang menginspirasi penciptaan lagu ini? Injil
Yohanes 2 : 21 mengajarkan kepada kita bahwa tubuh Kristus itulah Rumah Tuhan dimana kita adalah bagian dari Rumah Tuhan. Jadi, saudara, saya, kita, adalah GEREJA itu!
Ha, ha, ha! Sekarang jelaslah bagi saya arti pesan gambar kartun “Tuhan Yesus bersama sahabat
maya-Nya.” Kartun itu memuat pesan: JERUK makan JERUK! Ada gereja (orang-orang
Kristen) di dalam (gedung) gereja! LLL!
“Hi, hi, hi, pantes aja Tuhan Yesus tampak sedih dan
loyo!”
suara renyah isteri terdengar di belakang
saya. Sambung saya: “Ya itu, jeruk mangan
jeruk…kita ini kan sukanya ngupleeek…aja di
dalam. Bikin sendiri, dinikmati sendiri… sampai gak tahu kalau taman di
depan gereja sudah ludes dilalap belalang kelaparan”. Lanjut saya: “Gereja, maksud saya kita orang Kristen, kan
harus keluar! Seperti maksud kata aselinya EKLESIA, kita itu adalah orang-orang
yang dipanggil keluar! Menjadi tangan-tangan
dan kaki-kaki Tuhan Yesus untuk melayani dunia, melayani sesama!”
Isteriku diam, namun tiba-tiba nyeletuk: “Èh Pa, aku jadi teringat khotbah
seorang pendeta di GKITA tahun lalu.
Beliau berkata akan lebih senang kalau melihat gereja kosong, sementara
jemaat yang notabene adalah gereja-gereja pergi keluar melayani.” Kata saya, sambil
menutup tulisan: “Ya begitulah maksudnya; keluarlah dan lakukan sesuatu bagi sesama!”
No comments:
Post a Comment